MAKALAH KEPERAWATAN TERMINAL dan BANTUAN TERHADAP KELUARGA PASIEN TERMINAL
Dosen
Pembimbing :
Abdul
Hamdah, M.Ag
Muhammad
Sahri (1501200083)
Diana
Rokhmatul Laily Hadi (1501200081)
Khoirunnisa Enggar Kusuma (1501200082)
Khoirunnisa Enggar Kusuma (1501200082)
POLTEKKES KEMENKES MALANG
D-III KEPERAWATAN
LAWANG
Jl. A.Yani, Lawang,
Kabupaten Malang, Telpon (0341) 427487
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada
Tuhan yang maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Keperawatan Terhadap Pasien Terminal
dan Membatu Keluarga Pasien Terminal” Makalah ini disusun untuk melengkapi
tugas Agama dan dapat juga dijadikan pedoman untuk kalangan masyarakat.
Terima kasih tak lupa kami ucapkan
kepada dosen pembimbing kami yaitu Pak Abdul Hannan, M.Ag. Serta kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini,sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai rencana.
Dengan ini kami mohon saran dan
kritikannya atas kurang lebihnya makalah ini. Semoga bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. LATAR BELAKANG 1
1.3 RUMUSAN MASALAH 2
1.2. TUJUAN 3
1.3. RUANG LINGKUP MATERI 4
1.3. RUANG LINGKUP MATERI 4
BAB II DASAR TEORI 5
BAB III PEMBAHASAN 6
3.1. PENGERTIAN 6
3.2. TUJUAN 6
3.3. INDIKASI 7
3.4. TAHAPAN MENJELANG AJAL 7
3.4. TAHAPAN MENJELANG AJAL 7
3.5. TANDA-TANDA
KEMATIAN 11
3.6. PERAWATAN
JENAZAH 14
3.7. BANTUAN KELUARGA PASIEN
TERMINAL 15
BAB IV PENUTUP 17
4.1. KESIMPULAN 17
4.2. KRITIK DAN SARAN 18
4.1. KESIMPULAN 17
4.2. KRITIK DAN SARAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hidup adalah serangkaian kehilangan dan pencapaian. Kehilangan
dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat universal
dan unik secara individual. Seorang anak yang mulai berjalan mencapai
kemandiriannya dengan mobilitas. Seorang lansia dengan perubahan visual dan
pendengaran mungkin kehilangan keterandalan dirinya.
Kematian suatu bagian kehidupan yang tak dapat
dihindari dan bagian yang paling sulit untuk diterima. Setiap orang meninggal
dengan unit dan oleh karena itu harus
dirawat secara intensif, karena itu
perawat harus mengembangkan dan mempertahankan hubungan kebutuhan perseptif
positif dengan pasien dan keluarga yang akan memungkinkan pasien meninggal
dalam keadaan nyaman dan dengan terhormat.
Kematian dapat merupakan suatu pengalaman yang luar
biasa sehingga dapat mempengaruhi seseorang menjelang ajal dan keluarga, teman,
dan pemberi asuhan mereka. Cara seseorang meninggal mencerminkan gaya kehidupan
orang tersebut, latar budaya keluarga, keyakinan, dan sikap tentang kehidupan
dan kematian.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa
itu Keadaan
terminal itu ?
2. Apa
Tujuan utama
perawatan terminal itu ?
3. Bagaimana
perawatan terminal itu ?
4. Apa
saja bantuan terhadap keluarga pasien terminal ?
1.3 TUJUAN
Penulisan
makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi
kita semua. .
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini ditujukan untuk :
1. Untuk
mengetahui apa definisi perawatan terminal.
2. Untuk
mengetahui tujuan perawatan terminal.
3. Untuk
mengetahui cara perawatan terminal.
4. Untuk
mengetahui bantuan yang diperuntukkan kepada keluarga pasien termnal.
1.4 RUANG
LINGKUP MATERI
Penulisan makalah ini mencakup tahapan
menjelang ajal atau kematian, tanda-tanda kematian, cara merawat jenazah, asuhan
keperawatan menjelang ajal dan kematian, etika dalam bersikap kepada pasien
sekarat dan keluarganya.
BAB II
DASAR TEORI
Katakanlah,
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu,
kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan
yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS.
Al-Jumuah: 8)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PENGERTIAN
Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit di mana
menurut akal sehat tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan
sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.
3.2 TUJUAN
Ketika tidak mungkin untuk mencegah pasien meninggal,
dan perawatan medis tidak mungkin lagi atau tidak lagi bermanfaat, perawat
memberikan perawatan penunjang pada pasien dan keluarga. Tujuan utama perawatan
ini adalah untuk :
Ø Mempertahankan
pasien nyaman dan bebas nyeri
Ø Membuat
hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien maupun keluarga, dengan
sedikit mungkin penderitaan
Ø Membantu
pasien meninggal dengan damai
Ø Memberikan
kenyamanan bagi keluarga
Penting bagi
perawat yang merawat pasien menjelang ajal menyadari perasaan merekan sendiri
tentang kematian dan tentang pasien mereka. Sulit untuk melihat orang yang
telah anda rawat meninggal. Khususnya sulit bila anak atau orang muda yang
meninggal. Maka dari itu kita sebgai perawat perlu saling memberi kenyamanan
dan mendukung dalam perawatan terhadap orang menjelang ajal.
3.3 INDIKASI
Perawatan
terminal ditujukan bagi pasien-pasien sekarat, yang semakin mendekati ajal atau
kematian, yang secara logis tidak akan sembuh.
Sekarat
(dying) merupakan suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagi hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian secara
klinis merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta
hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan aktivitas listrik
otak terhenti. Dengan perkataan lain, kematian merupakan kondisi terhentinya
fungsi jantung, paru-paru, dan kerja otak secara menetap. Sekarat dan kematian
memiliki proses atau tahapan yang sama seperti pada kehilangan dan berduka.
Tahapan tersebut sesuai dengan tahapan Kubler-Ross, yaitu diawali dengan
penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
3.4 TAHAPAN MENJELANG AJAL
Elisabeth Kubler-Ross, seorang ahli kejiwaan dari Amerika,
menjelaskan secara mendalam respon individu dalam menghadapi kematian. Secara
umum ia membedakan respon tersebut menjadi lima fase, yaitu penyangkalan dan
isolasi, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan. Berdasarkan
pandangannya, Kubler-Ross menyatakan bahwa respon tersebut.
• Tidak selamanya berurutan secara tetap
• Dapat tumang tindih
• Lama tiap tahap bervariasi
• Perlu perhatian perawat secara penuh dan cermat.
• Tidak selamanya berurutan secara tetap
• Dapat tumang tindih
• Lama tiap tahap bervariasi
• Perlu perhatian perawat secara penuh dan cermat.
Ada lima fase menjelang kematian menurut Kubler-Ross:
1. Penyangkalan dan isolasi. Karakteristiknya
antara lain:
Ø Menunjukkan
reaksi penyangkalan secara verbal, “ tidak, bukan saya. Itu tidak mungkin.”
Ø Secara tidak
langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut menimpa semua orang kecuali dia.
Ø Merepresi
kenyataan
Ø Mengisolasi
diri dari kenyataan
Ø Tidak
memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya.
Ø Mensupresi kenyataan
Ø Meminta
penguatan dari orang lain untuk penolakannya
Ø Gelisah dan
cemas
Tugas perawat pada tahap ini adalah:
Tugas perawat pada tahap ini adalah:
·
Membina hubungan saling percaya
·
Memberikan kesempatan pada klien
untuk mengekspresikan dirinya
·
Melakukan dialog di saat klien siap,
dan menghentikannya ketika klien tidak mampu menghadapi kenyataan
·
Mendengarkan klien dengan penuh
perhatian
2. Marah, karakteristiknya antara lain:
Ø Mengekspresikan
kemarahan dan permusuhan.
Ø Menunjukkan
kemarahan, kebencian, perasaan gusar, dan cemburu.
Ø Emosi tidak
terkendali.
Ø Apapun yang
dilihat atau dirasa akan menimbulkan keluhan pada diri individu.
Ø Menyalahkan
takdir
Ø Kemungkinan
akan mencela setiap orang dan segala hal yang berlaku.
Tugas perawat adalah:
Ø Menerima
kondisi klien.
Ø Berhati-hati
dalam memberikan penilaian, mengenali kemarahan dan emosi yang tidak
terkendali.
Ø Membiarkan
klien mengungkapkan kemarahannya.
Ø Menjaga agar tidak terjadi kemarahan
dekstruktif dan melibatkan keluarga.
3. Tawar-menawar. Karakteristiknya antara lain:
Ø Kemarahan
mulai mereda
Ø Melakukan
tawar-menawar/barter, misalnya untuk menunda kematian.
Ø Mempunyai
harapan dan keinginan
Ø Terkesan sudah
menerima kenyataan
Ø Berjanji
pada tuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik
Ø Cenderung
membereskan segala urusan
Ø Tugas
perawat adalah: sedapat mungkin berupaya agar keinginan klien terpenuhi
4. Depresi. Karakteristiknya antara lain:
Ø Mengalami
proses berkabung karena dulu ditinggalkan dan sekarang akan kehilangan nyawa
sendiri.
Ø Cenderung
tidak banyak bicara, sering menangis.
Ø Klien berada
pada proses kehilangan segala hal yang ia cintai.
Tugas perawat adalah:
Tugas perawat adalah:
·
Duduk tenang disamping klien.
·
Memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan
perasaanya.
·
Tidak terus-menerus memaksa klien
melihat sisi terang suatu keadaan.
·
Memberi dukungan dan perhatian pada
klien (misalnya, sentuhan tangan dan usapan pada rambut).
5.
Penerimaan. Karakteristiknya antara lain:
Ø
Mampu menerima kenyataan
Ø
Merasakan kedamaian dan ketenangan.
Ø
Respon verbal “ biarlah maut cepat
mengambilku, karena aku sudah siap.”
Ø
Merenungkan saat-saat akhir dengan
pengharapan tertentu.
Ø
Sering merasa lelah dan memerlukan
tidur lebih banyak.
Ø
Tahap ini bukan tahap yang bahagia,
namun lebih mirip perasaan yang hampa
Tugas
perawat adalah:
·
Mendampingi klien
·
Menenangkan klien dan meyakinkannya
bahwa Anda akan mendampinginya sampai akhir.
·
Membiarkan klien mengetahui perihal
yang terjadi pada dirinya.
Upaya yang dapat perawat lakukan ketika klien melalui
kelima tahap tersebut adalah menjadi katalisator agar klien dapat mencapai
tahap akhir. Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan mengenali dan memenuhi
kebutuhan klien, mendorong dan memberikan klien kesempatan untuk berbicara dan
mengungkapkan emosinya secara bebas, selalu siap membantu klien, dan
menghormati perilaku klien.
Dampak sakit Penyakit yang diderita klien dapat
berdampak khusus pada klien maupun keluarga.
Klien
ü Menderita
sampai saat kematian tiba; memerlukan bantuan dan dukungan dalam melewati
masa-masa tersebut.
ü Memutuskan
perawatan yang akan dijalani
ü Mendapatkan
dukungan untuk setiap keputusan yang diambilnya. Dengan kata lain ada
kecenderungan keluarga untuk memenuhi semua keinginannya.
Keluarga
ü Berpartisipasi
aktif dalam perawatan untuk penyembuhan klien.
ü Memperoleh dukungan dan perhatian selama
proses berduka.
ü Pandangan
tentang kematian. Seiring waktu, pandangan masyarakat tentang kematian telah
mengalami perubahan. Dahulu kematian cenderung dianggap sebagai hal yang
menakutkan dan tabu. Kini, kematian telah dipandang sebagai hal yang wajar dan
merupakan proses normal kehidupan.
Dulu
ü Tragis dan
memilukan
ü Tabu untuk dibicarakan
ü Menimbulkan sindrom kesedihan dan ketakutan
ü Selamanya
tidak disukai.
ü Anak-anak
tidak perlu mengetahui
Timbul karena perilaku buruk, pertengkaran, pembalasan, dan hukuman.
Sekarang
Timbul karena perilaku buruk, pertengkaran, pembalasan, dan hukuman.
Sekarang
ü Menjadi hal yang patut dibicarakan.
ü Harus
disertai dengan “niyahah”.
ü Merupakan
prose salami kehidupan
ü Tidak menakutkan
ü Lebih
rasional dan bijak dalam menghadapinya.
ü Merupakan proses yang progresif.
ü Sesuatu yang
harus dihadapi
3.5 TANDA-TANDA KEMATIAN
Tanda-tanda kematian terbagi dalam tiga tahap, yakni
menjelang kematian,saat kematian, dan setelah kematian.
1. Mendekati kematian. Tanda-tanda fisik menjelang kematian meliputi:
1. Mendekati kematian. Tanda-tanda fisik menjelang kematian meliputi:
a.
Penurunan tonus otot
o Gerakan
ekstremitas berangsur-angsur menghilang, khususnya pada kaki dan ujung kaki
o Sulit
berbicara
o Tubuh semakin melemah
o Aktivitas
saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
o Otot rahang
dan muka mengendur
o Rahang bawah cenderung turun
o Sulit menelan, refleks gerakan menurun
o Mata sedikit
terbuka
b. Sirkulasi melemah
o Suhu tubuh
pasien tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung pasien terasa dingin dan
lembap
o Kulit
ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan, kelabu, atau pucat
o Nadi mulai
tidak teratur, lemah dan cepat
o Tekanan
darah menurun
o Peredaran
darah perifer terhenti
c. Kegagalan fungsi sensorik
o Sensasi
nyeri menurun atau hilang
o Pandangan
mata kabur/berkabut
o Kemampuan
indera berangsur-angsur menurun
o Sensasi
panas, lapar, dingin dan tajam menurun
d. Penurunan /kegagalan fungsi pernapasan
o Mengorok
(death rattle)/ bunyi napas terdengar kasar
o Pernapasan
tidak teratur dan berlangsung melalui mulut
o Pernapasan
Cheyne Stokes
2.
Saat
kematian
a)
Terhentinya pernapasan, nadi,
tekanan darah, dan fungsi otak (tidak berfungsinya paru, jantung dan otak)
b)
Hilangnya respon terhadap stimulus
eksternal
c)
Hilangnya kontrol atas sfingter
kandung kemih dan rectum (inkontinensia) akibat peredaran darah yang terhambat;
kaki dan ujung hidung menjadi dingin.
d)
Hilangnya kemampuan pancaindera;
hanya indera pendengaran yang paling lama dapat berfungsi
e)
Adanya garis datar pada mesin
elektroensefalografi menunjukkan terhentinya aktivitas listrik otak untuk
penilaian pasti suatu kematian.
3. Setelah kematian. Fase ini ditandai dengan:
a. Livor mortis (lebam mayat)
Merupakan bercak merah-ungu(livide) pada bagian
terbawah tubuh karena penumpukan eritrosit pada lokasi terenda akibat pengaruh
gravitasi, kecuali bagian tubuh ynang tertekan alas keras. Mulai tampak 20-30
menit pascamati, makin lama makin luas dan lengkap, akhirnya menetap setelah
8-12 jam.
b. Rigor mortis (kaku mayat)
b. Rigor mortis (kaku mayat)
Terjadi bila cadangan glikogen dalam otot habis maka
energy tidak terbentuk dan aktin-miosin menggumpal sehingga otot menjadi kaku.
Pemeriksaan kaku mayat dilakukan pada persendian, mulai tampak 2 jam setelah
mati klinis, arahnya sentripetal(dari luar ke dalam), menjadi lengkap dalam 12
jam, dipertahankan selama 12 jam, kemudian menghilang sesuai urutan
terbentuknya. 7
Faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat diantaranya aktivitas fisik prakematian, suhu tubuh yang tinggi, tubuh kurus, suhu lingkungan tinggi. Kaku mayat merupakan tanda pasti kematian dan dapat digunakan untuk menentukan saat kematian.
Faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat diantaranya aktivitas fisik prakematian, suhu tubuh yang tinggi, tubuh kurus, suhu lingkungan tinggi. Kaku mayat merupakan tanda pasti kematian dan dapat digunakan untuk menentukan saat kematian.
c. Algor mortis (penurunan suhu tubuh)
Terjadi karena proses pemindahan panas dari tubuh yang
panas ke lingkungan yang lebih dingin dengan cara radiasi, konduksi, evaporasi,
dan konveksi. Penurunan suhu tubuh lebih cepat terjadi pada suhu sekeliling
yang rendah, lingkungan berangin dengan kelembaban rendah, tubuh kurus, posisi
telentang, tidak berpakaian/tipis, umumnya orang tua dan anak kecil. Berguna
untuk penghitungan saat kematian.
d. Dekomposisi (pembusukan)
Merupakan proses degradasi jaringan akibat autolysis
dan kerja bakteri. Pembusukan mulai tampak kira-kira 24 jam pascamati berupa
perubahan warna kehijauan pada perut kanan bawah yang secara bertahap menyebar
ke seluruh perut dan dada, menyertai terciumnya bau busuk. Pembuluh darah bawah
kulit akan melebar, hijau kehitaman, kemudian kulit ari
terkelupas/menggelembung, lama-lama gas menyebabkan pembengkakan tubuh
menyeluruh, terutama pada jaringan longgar. Rambut dan kuku mudah dicabut, seluruh
wajah membengkak warna ungu kehijauan. Kira-kira 36-48 jam pascamati akan
dijumpai larva lalat.
e. Adiposera (lilin mayat)
e. Adiposera (lilin mayat)
Adalah perubahan postmortem berupa terbentuknya bahan
yang berwarna keputihah, lunak, atau berminyak, berbau tengik dalam jaringan
lunak tubuh pascamati. Terbebtuk di sembarang lemak tubuh, tetapi lemak
superficial yang pertama kali terkena. Adiposera akan membuat tubuh utuh hingga
bertahun-tahun sehingga identifikasi mayat dan luka masih dapat dilakukan lama
setelah kematian.
f. Mumifikasi
Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang
cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat
menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering, keriput,
gelap, dan tidak membusuk. Terjadi pada suhu hangat, kelembaban rendah, aliran
udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14) minggu.
3.6.
PERAWATAN JENAZAH
a) Tempatkan
dan atur jenazah pada posisi anatomis.
b) Singkirkan
pakaian.
c) Lepaskan
semua alat kesehatan.
d) Bersihkan tubuh
dari noda dan kotoran.
e) Tempatkan
kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat pergelangannya (bergantung dari
kepercayaan atau agama)
f) Tempatkan satu
bantal di bawah kepala.
g) Tutup
kelopak mata, jika tidak ada tutup, bisa menggunakan kapas basah.
h) Katupkan
rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan handuk di bawah dagu.
i)
Letakkan alas di bawah glutea.
j)
Tutup sampai sebatas bahu, kepala
ditutup demgan kain tipis.
k) Catat semua
milik pasien dan berikan pada keluarga.
l)
Beri kartu atau tanda pengenal.
m) Bungkus
jenazah dengan kain panjang.
ü Perawatan Jenazah
yang akan Diotopsi
1. Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan.
2. Beri label pada pembungkus jenazah.
3. Beri label pada alat protesis yang digunakan.
4. Tempatkan jenazah pada lemari pendingin.
1. Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan.
2. Beri label pada pembungkus jenazah.
3. Beri label pada alat protesis yang digunakan.
4. Tempatkan jenazah pada lemari pendingin.
ü Perawatan
terhadap keluarga
1. Dengarkan ekspresi keluarga
2. Beri kesempatan keluarga untuk bersama dengan jenazah beberapa saat.
3. Siapkan ruangan khusus untun berduka.
4. Bantu keluarga untuk membuat keputusan dan perencanaan pada jenazah.
5. Beri dukungan jika terjadi disfungsi berduka.
1. Dengarkan ekspresi keluarga
2. Beri kesempatan keluarga untuk bersama dengan jenazah beberapa saat.
3. Siapkan ruangan khusus untun berduka.
4. Bantu keluarga untuk membuat keputusan dan perencanaan pada jenazah.
5. Beri dukungan jika terjadi disfungsi berduka.
3.5 BANTUAN
TERHADAP KELUARGA PASIEN TERMINAL
• Saat
memberikan informasi diagnosis terhadap keluarga pasien terminal seorang dokter
atau perawat harus memberikannya secara hati-hati dan perlahan agar tidak
mengguncang keluarga pasien
• Menghibur
seta memberi pengertian terhadap keluarga pasien
• Banyak
memberikan waktu keluarga terhadap pasien terminal
• Menekan
kesedihan keluarga pasien dengan banyak beribadah kepada Allah SWT
• Menyerahkan
semua atau bertawakal terhadap Allah SWT
• Mendekatkan
diri kepada Allah SWT
• Berusaha
untuk tegar dan kuat didepan pasien terminal
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit di mana
menurut akal sehat tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan
sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.
Tujuan utama perawatan ini adalah untuk :
• Mempertahankan pasien nyaman dan bebas nyeri
• Membuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien maupun keluarga, dengan sedikit mungkin penderitaan
• Membantu pasien meninggal dengan damai
• Memberikan kenyamanan bagi keluarga
Perawatan terminal ditujukan bagi pasien-pasien sekarat, yang semakin mendekati ajal atau kematian, yang secara logis tidak akan sembuh.
Tujuan utama perawatan ini adalah untuk :
• Mempertahankan pasien nyaman dan bebas nyeri
• Membuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien maupun keluarga, dengan sedikit mungkin penderitaan
• Membantu pasien meninggal dengan damai
• Memberikan kenyamanan bagi keluarga
Perawatan terminal ditujukan bagi pasien-pasien sekarat, yang semakin mendekati ajal atau kematian, yang secara logis tidak akan sembuh.
4.2.KRITIK dan
SARAN
Dalam
pengerjaan makalah ini, kami sangat bersyukur karena telah dibimbing dengan
sangat baik, namun agar lebih efektif, kiranya diberikan waktu yang lebih
efisien sehingga diperoleh hasil yang lebih memuaskan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anshul. 2008. Perawatan Pasien Sekarat. In
www.sweetadvice02.blogspot.com. Last Update 20 Oktober 2009 Diposkan oleh Mustamin Smafy di 19.56 (diakses, 20 Maret 2014)
Erik. 2009. Konsep Pasien Terminal. in
www.erik-acver-qincai.blogspot.com. Lats Update 20 Oktober 2009
Mansjoer,
Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3, cet.1 Jilid 2.
Jakarta: Media Aesculapius
Jakarta: Media Aesculapius
Mubarak,
Wahid Iqbal dan Chayatin, Nurul. 2007. Buku Ajar KDM
Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC
Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC
Porter dan
Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol 1. Jakarta: EGC
Tucker,
Susan Martin dkk.1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Wahyuningsih
dan Subekti. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Komentar
Posting Komentar